Oh sudah sangat pagi rupanya,
gumamku dalam hati. Aku membalik badanku. Dan memperhatikan
benda elektronik berbentuk segi empat itu. Melihat sudut kiri atas, tak ada notifikasi
apapun. Aku beranjak duduk dan mengambil segelas air putih.
Adakah yang salah denganku?
Pikirku menyeruak di balik degup jantung yang mendesir.
Mataku kualihkan ke perangkat elektronikku yang lain.
Kuaktifkan lagi, dan kupandangi layarnya. Laporan inspeksi
hari ini, telah kuselesaikan tadi begitu pulang langsung kulanjutkan untuk
mengerjakan, tapi bukan itu, aku hanya ingin tetap terjaga.
Sambil jemari ini berdansa diatas tuts laptop, mataku seringkali
melirik benda berbentuk segi empat itu, namun dia masih diam tak ada getaran
pemberitahuan, masih tak ada balasan.
Hingga kuputuskan mengakhiri malamku.
Adakah aku bersalah dan membuatnya jengkel?
Kututup laptopku dan memutuskan memejamkan mata, namun pedas
rasanya mata ini.
Entahlah, aku tak tahu terasa pedas karena terlalu lama
memandang layar kah atau karena sebenarnya belum ingin menutup malam.
Kembali kuraih benda bersegi empat itu,
12.37
Aku letakkan dan kubalik badanku membelakanginya.
Mataku nanar menatap langit-langit kamar, segala memori
terbersit di mata.
Segala rekaman yang dapat kuingat, mundur beberapa jam yang
lalu, hingga beberapa hari lampau.
Adakah yang terlewat olehku?
Pernyataan yang tidak kutanggapi,
Pertanyaan yang belum kujawab,
Atau momen dirinya yang tidak aku perhatikan?
Kubalik badanku menghadap kiri.
Tanganku meraih balpoin di lantai, dan jemarikupun berdansa
dengan balpoin
Sementara fikirku berdansa tak tentu arah.
Adakah aku bersalah padanya?
Tiba-tiba leher terasa tercekat.
Hingga aku sadar,
Oh sudah sangat pagi rupanya,
Dan aku beranjak duduk mengambil segelas air putih.
Kemana janjiku untuk selalu ada untuknya?
Kemana janjiku untuk selalu membuatnya tersenyum?
Tiba-tiba mata ini terasa panas mengingat janjiku untuk
diriku sendiri.
Kemana janjiku untuk selalu menguatkannya?
Aku menarik nafas dalam, sambil duduk di tepi peraduan.
Kupandangi jemari kakiku, tapi fikirku ada jauh di atas
kepalaku.
Adakah aku terlalu sibuk dengan diriku?
Adakah aku terlalu tenggelam dalam keasyikanku sendiri?
Bila demikian, kemana janjiku untuk selalu menghadirkannya
di tiap aktivitasku?
Aku ingat, di sisi jendela siang kumenatap langit, tapi
bukan birunya langit yang membuatku tersenyum,
Senyum manisnya dalam ingatanku lah yang membuat tersenyum
Aku meraih benda bersegi empat itu,
Kubariskan beberapa kata, dan kukirimkan lewat angin
Selamat malam kekasih,
03.12
662013
662013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar